Laporan Open Doors yang dirilis pada 2016 tentang 'Pendidikan Internasional' menunjukkan, jumlah pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di kampus Amerika Serikat saat ini mencapai 8.728 pelajar. Ini merupakan jumlah terbanyak dalam 12 tahun terakhir.
"Sekarang ini, Indonesia menduduki peringkat ke-19 dari seluruh dunia yang pelajarnya belajar di AS," ujar Wakil Duta Besar AS untuk Indonesia, Bryan McFeeters, dalam diskusi bersama alumni pasca sarjana pelajar AS di kantor Duta Besar AS, Jakarta, Selasa (22/11). Angka tersebut tidak lepas dari para pelajar Indonesia yang turut melanjutkan studinya ke AS. Mereka menjadi generasi penerus yang telah menorehkan nama baik Indonesia di kancah internasional. Ahmad Gamal salah satunya. Peraih gelar Ph.D di Universitas of Illinois jurusan Urban Planning ini menyumbang banyak penelitian di antaranya kemajuan kota, tenaga kerja marjinal, dan isu kemiskinan. Penelitian tersebut juga mendapat banyak penghargaan, salah satunya Outstanding Doctoral Student Award tahun 2016. Gamal yang memperoleh beasiswa penuh dari Fullbright ini mengaku bukan hal yang mudah dalam menjalani pendidikan di Negeri Paman Sam. Terlebih saat dirinya harus bersaing dengan peminat beasiswa lainnya yang mengincar kampus sama. "Ini bukanlah pilihan yang mudah, penuh tantangan. Tetapi saya rasa perjuangannya cukup sepadan dengan hasilnya," kata Gamal dalam acara diskusi alumni pasca-sarjana kampus AS di Kantor Duta Besar, Selasa (22/11). Terlebih saat esai yang ditulisnya masih saja kurang baik menurut penasihatnya. "Kalian bisa bayangkan berapa esai yang harus saya tulis? 12 esai. Dan butuh waktu lima bulan untuk berkonsultasi dengan penasehat saya dalam mengerjakannya," kata dia. Gamal juga mengenang kendala yang harus dihadapinya selama menimba ilmu di negeri orang. Yang paling utama adalah kendala bahasa. "Pertama kali menginjakkan kaki di AS, bahasa Inggris saya tidak terlalu bagus. Saya sampai bawa kamus ke mana-mana," kenang Gamal. Meski begitu Gamal tidak menyerah begitu saja. Dia menjalin komunikasi dengan mahasiswa lain dari berbagai negara dan belajar memahami berbagai hal dari sudut pandang mereka. "Contohnya saat saya kenal dengan teman dari Jepang. Saya belajar tentang bencana alam yg sering terjadi di sana dan mempelajari hal tersebut dari sudut pandangnya," imbuh Gamal. Dia juga mengimbau kepada pelajar di Indonesia jika ingin meneruskan pendidikan di AS ataupun negara luar manapun, agar jangan pernah berhenti berusaha. Terutama dalam mempelajari bahasa asing seperti bahasa Inggris. "Hal paling penting adalah belajar bahasa Inggris. Dengan komunikasi yang baik, kita bisa dengan mudah beradaptasi di negara yang berbeda," kata Gamal. Hal yang sama turut dirasakan oleh Rizkariyani yang saat ini tengah menempuh pendidikan di Northwestern Oklahoma State University jurusan American Studies dengan beasiswa dari Fullbright Schoolarship. Semester pertama merupakan masa tersulit yang harus dihadapi Rizka. Dia juga masih mengalami 'home sick' selama beberapa waktu. "Saya rindu Indonesia. Rindu orang-orangnya. Rindu gado-gado," kata Rizka melalui video conference skype. Selain itu dia juga sulit beradaptasi dengan orang-orang dan sistem pendidikan di AS. Menurutnya sistem pendidikan di sana sangat jauh berbeda dengan Indonesia "Ada banyak perbedaan sistem pendidikan antara Indonesia dan AS. Namun layanan dan fasilitas di sini sangat banyak membantu saya," kata Rizka. Rizka juga bersyukur banyak orang yang membantunya selama dia menempuh pendidikan di sana sampai sekarang. Dan berada di sana adalah pengalaman hidup terbaik yang pernah dialaminya.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |